Senin, 16 April 2012

Kursi Kyai Jaga dan Prasasti Jawa


Letak
Kursi Kyai Jaga dan Prasasti di dekat Kursi Kyai Jaga secara administratif terletak di Kampung Ledoksari, Kalurahan Jagalan, Kecamatan Purwokinanti, Kadipaten Paku Alaman, Kota Jogja tepatnya di Gang Iso tepatnya berada di sisi timur Sungai Code. Lokasi ini dapat dijangkau melalui Perempatan belakang Hotel Melia Purosani ke timur (menyeberang jembatan) kemudian masuk Jalan Jagalan (ke selatan), kemudian lihat sisi kanan (barat) pada gang pertama dari arah utara tersebut terdapat gang kecil yang dinamakan Gang Iso. Gang Iso ini tepat berada di depan Kantor Radio Reco Buntung.
Kondisi Fisik
Kursi Kyai Jaga terbuat dari susunan batu bata berplester KURSI KYAI JAGA DAN PRASASTI YANG TAK TERBACA DI JAGALAN, JOGJAcampuran pasir, gamping, dan batu bata yang telah digiling. Kursi ini memiliki arah hadap ke utara (ke arah hulu Sungai Code). Kursi Kyai Jaga terletak tepat di tengah Gang Iso di Kampung Ledoksari, Jagalan, Purwokinanti, Paku Alaman, Jogja. Keletakan kursi yang demikian itu sejak dulu hingga sekarang tidak pernah dipindahkan. Kursi Kyai Jaga memiliki ukuran panjang sekitar 90 Cm, lebar 70 Cm, dan tinggi 100 Cm. Sedangkan ketebalannya sekitar 10 Cm.
Keletakan Kursi Kyai Jaga yang terletak di tengah jalan atau gang ini menyebabkan Gang Iso dibuat melebar pada bagian depan dan belakang kursi. Hal ini dilakukan agar pengguna jalan tidak terganggu oleh keberadaan kursi ini. Secara khusus pula lantai tempat kursi ini berdiri dilapisi keramik. Luas keramik di sekitar Kursi Kyai Jaga sekitar 1 meter mengelilingi kanan-kiri serta depan-belakang kursi.
Kecuali itu, di sekitar Kursi Kyai Jaga ini juga terdapat sepenggal tembok dan gapura kuna. Pada gapura kuna di sisi timur Kursi Kyai Jaga ini terdapat prasasti berhuruf Jawa. Akan tetapi prasasti ini sudah sangat sukar dibaca karena huruf-huruf yang tertera di sana sudah banyak yang rusak. Tinggi Gapura ini sekitar 1 meter dari permukaan tanah di sekitarnya. Sedangkan penggal tembok kuna yang KURSI KYAI JAGA DAN PRASASTI YANG TAK TERBACA DI JAGALAN, JOGJAmenyambung gapura ini memiliki ukuran panjang sekitar 2 meter. Ketinggian tembok sekitar 1 meter. Tampaknya tembok kuna ini dulunya membentang ke barat. Mungkin sampai tepian Sungai Code. Sama seperti Kursi Kyai Jaga, baik Gapura maupun sisa Tembok ini tersusun atas batu bata dengan spesi dan plester yang terbuat dari adonan pasir, gamping, dan batu bata yang terlah digiling (dihaluskan).
Sekalipun prasasti yang diterakan pada Gapura tersebut sulit terbaca namun angka tahun yang diterakan dalam prasasti itu masih bisa dibaca. Angka tahun tersebut menunjuk pada tahun 1909.
Latar Belakang
Tidak ada yang tahu persis siapa yang membangun atau membuat Kursi Kyai Jaga ini. Apakah pembuatan Kursi Kyai Jaga ini sama titimangsanya dengan pembangunan tembok serta Gapura berprasasti di dekatnya, juga tidak diketahui dengan pasti. Apa pula fungsi pembangunan kursi beton yang kemudian diletakkan di tengah gang dan tidak pernah dipindahkan hingga sekarang ini. Fenomena ini hingga sekarang belum terjawab dengan gamblang.
Jika mengacu pada angka tahun yang terdapat di dalam prasasti, maka kemungkinan besar pembangunan Tembok, Gapura, dan Kursi Kyai Jaga ini KURSI KYAI JAGA DAN PRASASTI YANG TAK TERBACA DI JAGALAN, JOGJAdilakukan pada masa pemerintahan Adipati Paku Alam VII (1893-1938). Hanya yang tidak diketahui hingga kini adalah alasan pendirian bangunan tersebut. Mungkin saja di masa lalu di tempat ini pernah terdapat mata air yang kemudian dilindungi/dilestarikan oleh Kadipaten paku Alaman. Tembok, Gapura, dan Kursi itu mungkin merupakan bagian dari taman yang melingkupi mata air di sisi timur Sungai Code itu. Hal ini mungkin juga beralasan mengingat nama kampung itu adalah Ledoksari yang pengertiannya mengacu pada daerah yang cekung/rendah (ledok) daripada daerah di sekitarnya. Ledok semacam itu umumnya merupakan daerah atau tempat munculnya sumber air. Lebih-lebih lokasi ini berada di pinggir sungai.
Kursi Kyai Jaga sendiri hingga kini tidak pernah dipindahkan dari tengah Gang Iso. Hal ini sedikit banyak berhubungan dengan kepercayaan warga sekitar bahwa kursi ini bekas tempat duduk Kyai Jaga di masa lalu. Kyai Jaga adalah sosok yang dipercayai sebagai orang yang membuka (cikal bakal) wilayah Jagalan. Namun versi lain menyatakan bahwa nama Jagalan berasal dari nama profesi orang setempat yang di masa lalu banyak yang berprofesi sebagai jagal (penyembelih binatang).
a.sartono

Kamis, 12 April 2012

Enting-Enting Gepuk Cap Macan Leopard

Jika anda berkunjung ke Yogyakarta, jangan lupa membeli salah satu oleh-oleh kuliner unik bernama enting-enting  gepuk. Jajanan mungil yang rasanya manis yang berbahan dasar kacang ini memiliki rasa manis sekaligus gurih di dalamnya, membuat kenikmatan tersendiri bagi penikmatnya.  Enting-enting ini terdiri dari beberapa lapisan, lapisan kulit dan isi yang terbuat dari kacang tanah, gula pasir, air, dan essence. Saat pertama digigit akan terasa sedikit keras, namun saat lapisan isi masuk ke dalam mulut, maka akan terasa manisnya gula dan gurihnya kacang. Lapisan isi ini terbuat dari kacang tanah yang ditumbuk hingga halus, sehingga gurihnya kacang tanah terasa dan bercampur dengan manisnya gula yang pas sehingga tidak membuat tenggorokan sakit saat menikmatinya.



Salah satu pengrajin atau produsen Enting-enting Gepuk di Yogyakarta terletak di Jalan Jagalan No. 57, Purwokinanti, Pakualaman, Yogyakarta. Tempatnya persis berada di depan Kantor Radio Reco Buntung. Berada satu deret dengan Rumah Makan Ayam Goreng Mbok Sabar dan Ayam Goreng Code. Pengrajin Enting-enting Gepuk di tempat ini dulu menggunakan merk Cap Macan, namun sekarang menggunakan merk Cap Macan Leopard.Generasi pertama pembuat Enting-enting Gepuk Macan adalah Mbah Wongso Dikromo. Mbah Wongso ini dulunya bertempat tinggal di Suryatmajan, Yogyakarta. Generasi kedua adalah Bapak Mashuri, ayah Drs. Sugiyanto (67) yang kini memegang kemudi perusahaan Enting-enting di Jagalan.



Proses pembuatan Enting-enting dimulai dengan pemilihan kacang tanah berkualitas baik. Setelah itu kacang dibersihkan dan digoreng sangan (disangrai). Usai disangrai kacang tanah kemudian dihilangkan kulit arinya. Kacang tanah yang sudah bersih dari kulit ari ini kemudian dipilahkan: sebagian untuk isi Enting-enting, sebagian lagi untuk kulit Enting-enting. Pembuatan kulit Enting-enting dimulai dengan memasak gula pasir, air, dan esens. Setelah proses ini, maka akan dihasilkan cairan yang kental dan berwarna cokelat. Cairan gula yang telah mengental ini kemudian dicampur dengan kacang tanah dan mulai digepuk dengan kayu berbentuk silinder. Penggepukan dilakukan di atas batu hitam berbentuk persegi. Oleh karena proses penggepukan inilah maka Enting-enting ini dinamakan Enting-enting Gepuk.



Proses pembuatan kulit Enting-enting ini harus dilakukan dengan waktu relatif cepat sebab jika tidak, adonan akan dingin dan menjadi keras (tidak lentur dan liat lagi). Setelah melalui proses penggepukan ini maka dihasilkan semacam adonan yang liat. Usai itu, adonan kemudian dipindahkan ke meja aluminium untuk diproses lebih lanjut. Di meja aluminium ini adonan liat dimekarpanjangkan untuk kemudian di dalamnya diisi dengan kacang sangrai yang telah digiling. Pada proses inilah sebenarnya Enting-enting Gepuk sudah jadi. Hanya saja Enting-enting ini masih perlu proses pencetakan, pemotongan, dan pembungkusan. Untuk mencetak Enting-enting Gepuk, bahan yang telah setengah jadi tadi dijepit dengan dua bilah papan kayu dengan lebar sekitar 5 Cm dan panjang sekitar 30 Cm. Dengan proses ini akan dihasilkan Enting-enting berbentuk prisma segitiga memanjang. Jika sudah demikian, maka Enting-enting dalam bentuk prisma memanjang ini kemudian dipotong-potong sepanjang kurang lebih 2,5 Cm. Usai itu, potongan-potongan tersebut kemudian dibungkus dengan plastik di bagian dalam dan kertas HVS dengan Cap Macan Leopard di bagian luarnya. Setiap bungkus Enting-enting berbentuk prisma segitiga ini berisi tiga potong. Nah, enting-enting Gepuk pun siap dikemas dalam plastik dan dimasukkan ke dalam dus.



Enting-enting Gepuk memang menjadi makanan yang khas atau identik dengan Yogyakarta. Rasanya yang manis dan gurih menjadi sensasi tersendiri di lidah atau mulut orang yang menikmatinya. Rasa kemlethik pada bagian luar (kulitnya), dan mawur pada bagian dalamnya, yang dipadu rasa gurih-manis ini barangkali membuat penikmatnya menjadi ketagihan.


Enting-enting Gepuk Cap Macan Leopard ini diproduksi dalam 2 jenis, yakni model segitiga dan stick. Model segitiga dengan karakter kemletik di luar dan mawur di dalam, sedang model stick rasanya kemletik manis-gurih dalam bentuk relatif gepeng memanjang. Untuk kemasannya, ada yang dikemas dalam dus dengan harga Rp 15.000,- per dusnya. Ada pula yang dikemas dalam plastik (dengan isi lebih sedikit) diberi harga Rp 12.500,-. Sedangkan yang model stick dikemas dalam bungkus plastik dan diberi harga Rp 12.500,-. Enting-enting Gepuk Cap Macan Leopard ini tahan selama 6 bulan. Padahal camilan ini dibuat tanpa bahan pengawet. Keawetan terjaga dikarenakan gula pasir yang menjadi unsur pokok dalam pembuatan Enting-enting sudah merupakan bahan pengawet alami.



Dapat juga konsumen memesan Enting-enting Gepuk yang tidak berbahan baku kacang tanah, tetapi kacang mete. Tentu saja dengan bahan baku yang lebih mahal harga Enting-entingnya juga akan lebih mahal. Pesanan akan Enting-enting Gepuk ini akan meningkat tajam pada musim liburan. Pada musim semacam itu biasanya karyawan dipekerjakan dengan sistem lemburan. Kecuali produknya untuk memenuhi kebutuhan lokal (Yogyakarta) Enting-enting Gepuk ini juga sangat diminati oleh konsumen di Jakarta. Untuk itulah, Sugiyanto selalu mengirimkan produknya ke Jakarta seminggu sekali.

Contact person: 0274-587568

Ayam Goreng Mbok Sabar

Jalan Jagalan tak hanya memiliki ayam goreng Co-De saja sebagai senjata andalannya dalam menarik para wisatawan kuliner, ada pula ayam goreng Mbok Sabar. Rumah makan Mbok Sabar berada di sebelah Hotel Putra Sabar, di Jalan Jagalan nomor 23. Rumah makan ini tidak kalah terkenal dengan ayam goreng Co-De, banyak masyarakat Yogyakarta yang sudah mengenal dan mencicipi ayam goreng bacem manis ini. Tekstur ayam yang lembut dan sambal pedas manis semakin membuat ayam goreng Mbok Sabar ini menjadi lebih nikmat.


Di rumah makan ayam goreng Mbok Sabar, anda bisa memilih antara es teh, es jeruk, atau soda gembira sebagai pemuas dahaga anda. Untuk masalah harga, mungkin agak lebih mahal daripada ayam goreng Co-De, per orang bisa merogoh kocek dari Rp 25.000,00 sampai Rp 30.000,00 untuk menikmati seporsi ayam, nasi, lalapan, sambal, beserta minumannya.

Contact person: 0274-588467

Ayam Goreng CO-DE

Jika anda adalah seorang penggemar ayam goreng, maka daerah Jalan Jagalan adalah tempat yang tepat bagi anda untuk memuaskan hasrat kuliner anda. Ayam goreng Co-De merupakan rumah makan ayam goreng yang terkenal di Yogyakarta. Rumah makan ini terletak di Jalan Jagalan nomor 19A Yogyakarta, walaupun tampak sempit, namun pelanggan selalu membanjiri rumah makan ini. Para pelanggan bisa menikmati ayam goreng Co-De mulai pukul 09.00 hingga 21.00



Ayam goreng Co-De manawarkan sebuah cita rasa ayam goreng yang khas. Ayam goreng ini diolah dengan cara dibacem menjadikan ayam goreng ini menjadi kaya rasa, rasa manis, asin, dan gurih berpadu menjadi satu menjadikan rasa ayam goreng ini berbeda dengan ayam goreng lainnya. Nasinya yang pulen dan sambal yang sangat nikmat menjadikan ayam goreng Co-De menjadi lebih istimewa. Jika anda memang penggemar ayam goreng sejati, anda harus mencicipi sajian ayam goreng khas Yogyakarta ini. Harga untuk ayam goreng ini bervariasi mulai dari Rp 5000,00. Bukan harga yang mahal kan?



Phone: (0274) 563-497

Jumat, 06 April 2012

Sejarah Kali Code

Kali Code merupakan salah satu sungai yang terkenal di Yogyakarta. Masyarakat Yogyakarta menganggap Kali Code sebagai sungai yang mata airnya berasal dari kaki Gunung Merapi. Selain itu, Kali Code juga selalu menjadi tempat aliran lahar dingin saat Gunung Merapi meletus. Pada zaman dulu, kawasan bantaran Kali Code adalah kawasan untuk menampung air banjir lahar dingin merapi, namun seiring dengan berjalannya waktu, penduduk Yogyakarta semakin padat dan akhirnya kawasan bantaran Kali Code yang awalnya adalah lahan kosong untuk banjir telah dipadati oleh penduduk.


Salah satu daerah di bantaran Kali Code yang terkenal adalah Kampung Jagalan. Kampung Jagalan terkenal karena dulu di daerah ini terdapat banyak sekali tukang jagal sapi, maka dari itu kampung ini bernama Jagalan. Namun ada yang berpendapat lain, beberapa warga menganggap nama Jagalan itu diambil dari pendiri daerah Jagalan yang bernama Kyai Jaga. Di daerah Jagalan ini terdapat sebuah situs kuno yang bernama Kursi Kyai Jaga. Kursi itu dipercaya merupakan kursi yang dipakai oleh Kyai Jaga. Jika ada masyarakat Jagalan yang akan menikah atau sunatan, mereka akan melakukan sowan  kepada Kyai Jaga melalui kursi tersebut.



Saat ini kampung Jagalan masih terkenal karena banyak masyarakatnya yang bekerja di bidang kuliner dan berjualan daging sapi. Salah satu kuliner yang terkenal di daerah Jagalan adalah ayam goreng Mbok Sabar dan ayam goreng dan bebek goreng Co-De. Banyak masyarakat Yogyakarta yang berkunjung untuk menikmati ayam goreng khas Code. Jika anda penggemar kuliner daging, maka Kampung Jagalan ini adalah tempat yang tepat bagi anda untuk memuaskan hasrat kuliner anda.